Dunia nampaknya sedang tidak baik-baik saja. Terutama di wilayah Indonesia. Sebagian wilayah merasakan hawa panas yang terlampau mengerikan. Demak, Kudus, Jepara, terutama Semarang benar-benar tersengat teriknya sang surya yang panasnya luar biasa. Bahkan suhu pernah mencapai 38 derajat.
Kemanakah hujan?
Sebelumnya, apakah Teman-teman masih mengingat bagaimana proses hujan bisa turun sampai ke bumi. Mulai dari evaporasi, di mana air-air menguap dan naik ke langit. Kemudian proses kondensasi, di mana uap-uap air itu berubah menjadi kristal-kristal es di awan. Terakhir adalah presipitasi, di mana awan tak lagi kuat menampung air sehingga menjadi hujan.
Pernahkah teman-teman berpikir bahwa teori ini tidak sepenuhnya benar. Kalau saja benar, seharusnya hujan turun secara teratur, menguap-naik-menjadi awan-turun hujan-menjadi genangan-mengalir ke laut ataupun sungai-naik lagi-menjadi awan lagi- dan proses seperti itu terus menerus.
Namun, ternyata kenyataannya tidak begitu.
Nah, menurut ulama’ tafsir, Syeikh Amin Al-Harari, hujan itu murni dari langit. Airnya sama sekali tidak berasal dari bumi, entah lautan, sungai, dan sebagainya. Di langit yang jauh di atas sana, di bawah Arsy’ ada sebuah lautan yang menjadi sumber turunnya rezeki untuk seluruh makhluk di jagad bumi, termasuk juga hujan. Allah menurunkan nikmat hujan dari sana, kemudian ditahan di langit pertama, langit dunia. Lantas, Allah menyuruh malaikat untuk membaginya secara adil. Dan tidak ada satu tetes pun yang turun kecuali dikawal malaikat dan telah diatur oleh Allah.
Sekian dari saya. Saya ucapkan terima kasih.
Posting Komentar