Di Pulau Ende, Nusa Tenggara Timur, seorang pegiat literasi bernama Hifni Djafar telah mengubah ruang tamu rumahnya menjadi Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Hifni adalah sosok yang rela mengorbankan kenyamanan pribadi demi menciptakan akses literasi bagi anak-anak di desanya. Ruang tamu rumahnya yang berukuran 4x6 meter kini menjadi perpustakaan kecil yang penuh dengan ribuan buku, tempat anak-anak Dusun Kemo bisa belajar dan mengeksplorasi dunia pengetahuan.
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang dikelola Hifni, bernama Rumah Kreatif Sahabat Nusantara, awalnya didirikan oleh sejumlah mahasiswa Universitas Indonesia pada 26 Juni 2011. Mahasiswa ini sedang menjalani program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Rendoraterua, Kecamatan Pulau Ende. Namun, setahun setelah didirikan, TBM tersebut terbengkalai karena para mahasiswa kembali ke kota setelah menyelesaikan masa KKN mereka. Buku-buku yang semula disusun rapi dibiarkan berantakan, dan TBM tersebut pun menjadi tidak terurus.
Pada tahun 2012, Hifni, yang kala itu merupakan guru honorer di SMA Negeri Pulau Ende, terpanggil untuk melanjutkan perjuangan para mahasiswa tersebut. Ia melihat tiga alasan mendesak untuk menghidupkan kembali TBM ini. Pertama, tidak ada fasilitas di desanya yang dapat meningkatkan minat baca anak-anak. Kedua, anak-anak desa tidak memiliki ruang publik untuk mengakses informasi dan mengembangkan kreativitas. Ketiga, banyak sekolah di Pulau Ende yang tidak memiliki perpustakaan.
Berbekal tekad yang kuat, Hifni mulai mengumpulkan relawan dan mengkonsolidasi penggiat literasi di Pulau Ende. Ia juga membangun jaringan dengan pemerintah daerah dan berbagai pihak yang peduli terhadap peningkatan literasi. Bersama para relawan, Hifni menetapkan visi, misi, serta program-program untuk menghidupkan TBM tersebut kembali.
Namun, jalan yang ditempuh Hifni tidaklah mudah. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapinya adalah mengubah pola pikir anak-anak muda di desanya agar mau terlibat mengembangkan TBM. Menurutnya, hanya dengan komunitas yang mereka bangun sendiri, masyarakat bisa terbantu. Meski tidak ada imbalan materi, Hifni berhasil memotivasi sekelompok anak muda untuk bersama-sama mengelola TBM ini.
Selain tantangan dalam hal sumber daya manusia, Hifni juga dihadapkan pada masalah keterbatasan fasilitas. Untuk memenuhi kebutuhan TBM, ia sering kali harus merogoh kocek pribadi. Gaji sebagai guru honorer yang sangat terbatas tidak menghalanginya untuk terus menyisihkan sekitar 25 persen dari penghasilannya untuk membeli buku dan kebutuhan lainnya bagi TBM.
Tantangan lain yang cukup berat adalah akses geografis. TBM ini berada di Pulau Ende, yang memerlukan perjalanan laut selama satu jam dari kota Ende. Hifni harus bolak-balik menggunakan kapal dengan biaya yang cukup besar setiap kali membawa barang-barang kebutuhan TBM dari kota Ende ke desanya.
Pada tahun 2017, TBM harus berpindah tempat setelah rumah camat, yang menjadi lokasi TBM sejak awal didirikan, dikembalikan kepada pemerintah. Hifni kemudian memutuskan untuk memindahkan TBM ke rumahnya yang sederhana, terbuat dari bambu, dan berukuran 4x6 meter. Sebagian rumah tersebut ia sulap menjadi ruang baca bagi anak-anak di desanya.
Meski penuh keterbatasan, TBM Rumah Kreatif Sahabat Nusantara telah memberikan dampak yang besar bagi masyarakat sekitar. Setiap Senin hingga Jumat, setelah pulang sekolah, anak-anak datang ke TBM untuk belajar membaca, menulis, menggambar, serta mempelajari Alquran dengan metode Iqro. Selain itu, Hifni dan para relawan juga melayani peminjaman buku dan bahkan sering mengunjungi anak-anak yang tinggal jauh dari rumahnya.
Berbagai upaya keras yang dilakukan Hifni mulai membuahkan hasil nyata. TBM ini tidak hanya menjadi pusat literasi, tetapi juga memberikan peluang pendidikan yang lebih luas bagi anak-anak Pulau Ende. Hingga kini, lebih dari 70 anak dari TBM berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kehadiran TBM juga membantu membangun rutinitas baru bagi masyarakat, di mana setelah menjalankan aktivitas harian, mereka selalu menyempatkan diri untuk berpartisipasi dalam kegiatan di TBM.
Pada tahun 2017, atas dedikasinya yang luar biasa di bidang pendidikan, Hifni Djafar dianugerahi penghargaan SATU Indonesia Awards Tingkat Provinsi oleh PT Astra Internasional Tbk. Program TBM yang dikelolanya dinilai mampu meningkatkan minat baca anak-anak di Desa Rendoraterua dan Pulau Ende secara keseluruhan. Satu tahun kemudian, TBM Rumah Kreatif Sahabat Nusantara kembali mendapat penghargaan sebagai TBM Kreatif Rekreatif Tingkat Nasional dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam peringatan Hari Aksara Internasional di Deli Serdang, Sumatera Utara.
Tidak berpuas diri dengan pencapaian tersebut, Hifni justru semakin bersemangat untuk mengembangkan TBM dan memperluas dampaknya. Ia menggagas program-program baru seperti Kampung Literasi, Kader Literasi, Kebun Literasi, dan Pos-Pos Baca. Program ini bertujuan untuk memperluas jangkauan literasi ke seluruh Pulau Ende, bahkan bercita-cita menjadikan Pulau Ende sebagai Pulau Literasi dengan mendirikan satu TBM di setiap desa.
Pada tahun 2022, dedikasi Hifni kembali membuahkan hasil manis. PT Astra Internasional menetapkan Dusun Kemo sebagai salah satu dari enam lokasi baru untuk program Kampung Berseri Astra (KBA). Program ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui integrasi empat pilar utama: pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, dan kesehatan. Hifni Djafar pun ditunjuk sebagai Local Champion (LC) untuk memimpin pelaksanaan program tersebut di Dusun Kemo.
Sebagai Local Champion, Hifni tidak hanya fokus pada pendidikan, tetapi juga mengembangkan program kewirausahaan, lingkungan, dan kesehatan di desanya. Dalam bidang kewirausahaan, Hifni membantu membentuk kelompok-kelompok usaha seperti kelompok tenun ikat, kelompok kuliner, dan kelompok nelayan. Di bidang lingkungan, ia mengajak masyarakat menanam pisang dan timun suri serta mengelola sampah organik. Sementara di bidang kesehatan, Hifni terlibat langsung dalam kegiatan posyandu dan mendampingi kader kesehatan.
Kampung Berseri Astra membawa perubahan besar di Dusun Kemo. Masyarakat menjadi lebih berdaya, baik dalam hal pendidikan, ekonomi, kesehatan, maupun lingkungan. Antusiasme mereka dalam mengimplementasikan program-program KBA semakin menunjukkan bahwa perubahan positif bisa dicapai melalui kerja keras, kolaborasi, dan komitmen kuat seperti yang ditunjukkan oleh Hifni Djafar. Kini, ia terus berjuang untuk membangun masa depan yang lebih cerah bagi Pulau Ende, tidak hanya melalui literasi, tetapi juga dengan memberdayakan seluruh aspek kehidupan masyarakatnya.
Dari Hifni Djafar, sebuah pelajaran yang bisa didapatkan adalah, bahwa tidak peduli sebesar apapun tantangan yang menghadang, apabila seseorang memang benar-benar hendak melaksanakan sesuatu, maka ia akan melaksanakannya. Walaupun hal itu terkesan sama sekali tidak menguntungkannya. Namun, sesuai adat yang ada, manusia menuai benih yang ia tanam. Dan, apa yang ditanam Hifni Djafar adalah hal baik, maka apa yang ia tuai pun juga hal baik.
Posting Komentar